Rabu, 16 November 2011

INTERAKSI POLITIK


INTERAKSI POLITIK


kelompok kepentingan selalu ada beriringan dengan keberadaan negara atau pemerintahan yang ada. Bahkan, dalam sistem politik kerajaan sekalipun, kelompok kepentingan juga ada. Meski dalam kapasitas dan intensitas kegiatan yang minimalis, akibat represi kerajaan yang cenderung despotis. Kelompok kepentingan dalam sistem negara yang menganut demokrasi, seperti Indonesia, mendapatkan ruang yang cukup luas. Namun, sayangnya, ruang ini kerap kali tidak digunakan secara efektif dan maksimal akibat benturan kepentingan pada kelompok kepentingan itu sendiri.
Gabriel A Almond dalam Interest Group and Interest Articulation-nya (Boston: Little Brown and Company, 1974), menyebutkan setidaknya ada empat kelompok kepentingan dalam kehidupan politik. Yaitu kelompok anomic, kelompok non-asosiasional, kelompok institusional, kelompok asosiasional (lembaga-lembaga swadaya masyarakat)

Partai politik adalah sarana politik yang menjembatani elit-elit politik dalam upaya mencapai kekuasaan politik dalam suatu negara yang bercirikan mandiri dalam hal finansial, memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan-kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political development sebagai suprastruktur politik.

Kepartaian kebudayaan politik
Budaya politik adalah bentuk khas dan berpola filsafat politik yang terdiri dari keyakinan tentang bagaimana pemerintah , politik , dan ekonomi hidup harus dilakukan. Budaya politik membuat kerangka kerja bagi perubahan politik dan unik untuk bangsa , negara , dan kelompok lain. Sebuah budaya politik berbeda dari ideologi politik dalam bahwa orang dapat setuju pada ideologi (apa yang harus dilakukan pemerintah) tapi masih berbagi budaya politik yang sama. Beberapa ideologi, bagaimanapun, sangat kritis terhadap status quo bahwa mereka membutuhkan perubahan mendasar dalam cara pemerintah dioperasikan, dan karenanya mewujudkan budaya politik yang berbeda juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar